Penulis: Dedy Ardiansyah
Siang itu, Jumat, 18/10/2024, seusai menunaikan kewajiban Shalat Jumat di Masjid KH. Noer Ali, Kota Bekasi. Seperti biasa, saya berniat makan siang di warung nasi masakan Sunda, yang berada tidak jauh dari lokasi masjid.
Belum sempat duduk di bangku yang tersedia, android saya berdering tanda adanya panggilan masuk, saya terima panggilan dari Keponakan perempuan saya itu, Septi, yang menetap di Serang, Banten.
Terdengar suara tidak asing di ujung panggilan handphone.
“Om, Papah meninggal om” ucapnya sendu bercampur isak tangis tak tertahan.
Bergegas, karena jarak yang lumayan jauh, antara Bekasi dan Kebun Sayur, Jakarta Pusat, memaksa saya menyelesaikan makan siang secara cepat. Sedikitnya butuh waktu satu setengah jam, akhirnya saya pun tiba di rumah duka.
Saya sempat menyaksikan jenazah dikafani, dan turut pula menshalatkannya bersama kerabat lain, sebelum jenazah dibawa ke lokasi pemakaman umum Serang Taktakan, Banten, sesuai dengan amanat terakhir almarhum.
Muhaidi Mahesa, atau yang lebih populer dijuluki, Medi Kalong, tutup usia di umur 72 Tahun ini. Di era tahun 80-an hingga akhir tahun 90-an, merupakan sosok pria berwajah tampan, yang juga sangat disegani di kalangan Preman Bandar Lampung.
Sepak terjangnya diakui mampu mendatangkan rasa takut, bagi sejumlah preman papan atas yang telah lebih dahulu eksis di masa itu. Puncaknya terjadi pada medio tahun 1991, saat dirinya terpaksa harus beradu badan berbekal senjata tajam, dengan tokoh preman tersohor lain yang berujung kematian lawannya, di wilayah pelelangan ikan Teluk Betung, Bandar Lampung.
Usai mempertanggungjawabkan secara hukum dampak dari peristiwa berdarah tersebut, Medi Kalong hijrah ke Ibu Kota Jakarta. Lantas, cukup lama saya tidak pernah mendengar lagi kabar tentang keberadaan, maupun sepak terjangnya.
Paska pecahnya Reformasi di Tahun 1998, dari sesama pewarta di Jakarta, baru saya mendapat informasi kembali tentang keberadaan maupun sepak terjang sang Legend, Akang Medi Kalong.
Diketahui kemudian, ternyata si Akang menjadi salah seorang sosok sentra preman Jakarta, yang berkontribusi sangat signifikan dalam menjaga stabilitas keamanan ibu kota Jakarta paska Reformasi. Beliau beserta kelompoknya dipercaya aparat, untuk menjaga kondisi keamanan di kawasan Kota dan sekitarnya, terkait aset dagang kaum Non Pribumi yang saat itu rawan akan tindak penjarahan.
Ternyata tidak hanya sebatas itu, berkat takdir berwajah tampan dengan suara yang merdu, Medi Kalong terjun ke dunia selebritis.
Almarhum sempat masuk dunia dapur rekaman suara, menjadi seorang penyanyi sekaligus pencipta lagu beraliran dangdut. Salah satu lagu ciptaannya dengan judul ‘Air Mata Jagoan’ menjadi viral dan terekam di keping VCD bersama penyanyi top dangdut lainnya, seperti, Jaja Miharja, Hamdan ATT, dan lain-lain.
Hingar bingar dunia perfilman nasional pun pernah dirasakannya, walaupun hanya sebatas peran pengganti atau Stuntman untuk sejumlah aktor terkenal di era itu. Bahkan, dirinya pun turut berpartisipasi sesuai keahliannya, di program Televisi dengan judul Kuis Dangdut, yang dipandu host Jaja Mihardja di sebuah Stasion Televisi Swasta Nasional sebagai Koordinator Keamanan, hingga program acara tersebut berakhir.
Memasuki era Tahun 2010 an, Medi Kalong, mulai mengurangi aktifitas keduniawiannya. Beliau masih berusaha tetap eksis hadir di warga sekitar kediamannya, namun dengan citra yang telah jauh berbeda. Walau terkadang masih banyak sejumlah orang mendatangi kediamannya, dengan berbagai macam kepentingan. Namun, secara perlahan dirinya mulai menjauhi sisi miring kehidupan masa lalunya tersebut.
si Akang lebih fokus mengurusi kepentingan keluarga. Sosok Medi Kalong merupakan figur Ayah yang sangat bertanggungjawab terhadap pendidikan anaknya. Terbukti, anak tertuanya mampu menyelesaikan pendidikan ditingkat Sarjana, dan mampu berkarir di bidang politik sebagai Anggota DPRD Propinsi Banten selama dua periode.
Selamat jalan sang Legend, dan beristirahat dengan tenang.