Tingginya Harga Kedelai,Pengrajin Tahu Tempe Di Bekasi Terancam Gulung Tikar

Kabupaten Bekasi – Ratusan produsen dan pengrajin tempe dan tahu yang di wilayah Kabupaten Bekasi berhenti produksi, akibat dari semakin tingginya harga bahan pokok utama.

Para pengrajin mengaku kenaikan harga kedelai membuat mereka tidak lagi bisa mendapat keuntungan dari penjualan tempe dan tahu hasil produksinya.

Kasturi(51), salah satu pengrajin tempe tahu yang ada di Kampung Cabang Lio RT 03 RW 04, Desa Karang Asih, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, mengaku menghentikan produksi, sebagai bentuk protes kepada pemerintah yang tidak bisa menstabilkan harga kedelai impor.

Terlihat di pabrik miliknya, sudah tidak lagi ada aktivitas produksi tempe dan tahu, hanya terpantau beberapa karyawannya yang tengah merapihkan dan membersihkan perlengkapan produksinya.

“Harga kedelai sudah naik cukup tinggi, kita malah semakin merugi, bahan pokok mahal belum lagi biaya produksi yang harus kita tanggung”ujar Kasturi, Senin (21/2/2022).

Rencananya para produsen tempe dan tahu tersebut akan berhenti produksi hingga tiga hari kedepan, seiring dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh Primer Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Primkopti) Kabupaten Bekasi.

“Saya bersama teman-teman lainnya sudah sepakat untuk tidak melakukan produksi, agar pemerintah bisa memperhatikan nasib kami para pengrajin tempe dan tahu yang terus merugi dampak dari kenaikan harga kedelai ini” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Primkopti Kabupaten Bekasi, Teguh mengungkapkan, kenaikan harga kedelai mulai mengalami kenaikan sejak Agustus 2021 silam. Menurutnya, kenaikan perlahan dari harga 8.500 rupiah perkilo gram menjadi 10.500 rupiah, dan bertahan hingga di akhir Desember 2021.

“Kenaikan yang cukup tinggi itu mulai dirasakan sejak awal bulan Februari, sampai diharga 11.500 rupiah perkilonya, tentu ini sudah sangat membebani para produsen” tuturnya.

Selain itu, tidak stabilnya harga kedelai impor tersebut, membuat produsen kebingungan mensiasatinya agar tetap mendapat keuntungan. Saat ini, kata Teguh, ada sekitar 500 produsen tempe dan tahu yang ada di Kabupaten Bekasi, harus mencari solusi agar bisa tetap bertahan.

“Kalau data di kami itu ada sekitar 500 lebih produsen tempe dan tahu, bahkan sejumlah produsen juga sudah ada yang istrahat produksi karna sudah tidak mampu mensiasati lagi dampak dari kenaikan harga kedelai” ungkapnya.

Para produsen tempe dan tahu di Kabupaten Bekasi, berharap dengan aksi mogok produksi, pemerintah pusat bisa mendengarkan aspirasi mereka dengan kembali menstabilkan harga kedelai dipasaran, sehingga para produsen bisa kembali memproduksi tempe dan tahu tanpa dibebani mahalnya bahan pokok utama (Maul).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *